Review Film KKN di Desa Penari dengan Budget 15M!
Film
KKN di Desa Penari semula tayang pada 19 Maret 2020 namun, sempat tertunda
beberapa kali akibat pandemi, resmi diputar pada 30 April 2022 di bioskop. Film garapan
Awi Suryadi ini memiliki dua versi uncut untuk 17 tahun ke atas dan cut untuk 13 tahun ke atas.
Di
hari ke-9 penayangannya film ini sudah ditonton lebih dari 3 Juta orang. Tentu saja
banyak penonton yang sudah tidak sabar untuk menonton film adaptasi yang sudah
dinanti 2 tahun lamanya sejak kisahnya yang viral di Twitter 2019 silam.
Pada penayangan perdananya film produksi MD Pictures dan Pichouse Film ini berhasil menembus
300 ribu tiket. Diketahui
bahwa film ini merupakan film horror Indonesia paling mahal yang menembus angka
15M. Eksekusi thread story Twitter oleh SimpleMan memang didominasi mengikuti
kisah aslinya, bahkan bisa dikatakan terlalu kaku sehingga film ini seperti masing-masing twit yang hanya dibuat reka adegannya.
Ekspektasi mungkin menjadi salah satu penghalang untuk menikmati film KKN di
Desa Penari. Sebagai pembaca yang sudah lebih dulu membaca kisah viral 2019 ini.
Menurut
saya film ini tidak memunculkan banyak adegan mengejutkan diluar cerita. Film
ini terlalu banyak jumpscare di awal cerita. Bagusnya film ini baru terasa dari
pertengahan alur cerita sampai ke ending. Makna cerita dari film ini cukup
tersampaikan dengan baik. Mungkin kalian akan kebingungan saat menonton tanpa
membaca lebih dulu cerita aslinya, karena banyak juga dialog yang dihilangkan
dari cerita aslinya sehingga pada film ini terasa seperti banyak gantungnya di setiap
pindah adegan. Seharusnya meskipun film ini memang diadaptasi dari sebuah
tulisan kisah nyata, namun seharusnya naskah untuk filmnya ditambahkan bumbu-bumbu
pemanis, agar film ini tidak terlalu monoton dan terkesan terlalu cepat pindah
adegan. Mungkin karena saya membaca dan menciptakan imajinasi lebih dulu, kesan
seram justru lebih di dapatkan saat membaca kisah ini dibanding menontonnya di
bioskop.
Selain
itu, kurangnya pengenalan karakter dalam film ini membuat jalan cerita kurang
mulus. Padahal di original ceritanya latar belakang karakter di tulis panjang lebar,
sehingga pembaca bisa mengenal karakter dalam cerita tersebut. Akibatnya,
penyampaian cerita yang seharusnya tegang menjadi terasa kurang. Akan tetapi,
untuk pendalaman karakter oleh para aktornya sangat bagus. Terlebih pada pemain
perempuan yang dituntut harus bisa menari tradisional secara lihai karena hal
tersebutlah yang menjadi center dari cerita ini. Make up yang
digunakan para pemain juga natural dan tidak lebay. Sangat relate dengan
menggambarkan seorang mahasiswa.
Terlepas dari itu semua, kualitas sinematografi dengan
efek yang bagus dalam film ini mampu membantu penonton menikmati cerita, desain
produksi yang berhasil menggambarkan nuansa desa di tengah hutan, tata suara
yang menggunakan dolby atmos membuat film horror ini tetap terasa menegangkan
tapi tidak berlebihan. Set properti yang digunakan untuk mendukung alur cerita
juga sangat baik. Set tempat yang digunakan juga mendukung dan mampu menggambarkan
tempat yang berada dalam imajinasi pembaca. Karakter desain setannya pun
bervariasi dan sesuai dengan penggambaran kisah aslinya.
Saran saya lebih baik anda menonton film versi Uncut-nya,
karena versi Uncut memiliki dua adegan berbeda dibanding versi Cut.
Pertama, pada versi Uncut ini di jelaskan dari sudut pandang Nur pada saat opening
film dan yang kedua memiliki adegan vulgar yang lebih panjang daripada versi Cut.
Meskipun adegan vulgar yang ditampilkan juga tidak terlalu berlebihan, menurut
saya masih masuk standar adegan vulgar film Indonesia. Jadi, tunggu apalagi? Bagi
Anda yang mengikuti kisah ini sejak kemunculannya di 2019 lalu, wajib hukumnya membeli
tiket di bioskop kesayangan Anda!
-JR-
Sumber Foto
https://www.layar.id/film-indonesia/film-kkn-di-desa-penari-tayang-februari-2022/




Komentar
Posting Komentar