Gigih! Windi Hapsari Putri Dari Volunteer ke Fashion Designer
(Fypofnazirasyhraa.com – 06/04/2022) Windy Hapsari Putri. Sosok gigih ini memulai perjalanan karirnya sebagai Mahasiswa Aktif yang menjadi volunteer di salah satu perhelatan fashion besar di Indonesia ‘Indonesia Fashion Week’, selama tiga tahun berturut-turut lamanya. Berkat konsistennya dalam dunia mode tersebut, pada 2019 ia menjadi fashion designer yang berhasil melenggangkan karyanya di runaway IFW. Mau tau kisah Windi dalam mengejar mimpinya tersebut? Yuk, simak.
Windy Hapsari Putri adalah seorang Fashion Designer kelahiran Jakarta, 4 Maret 1997. Ia mengaku bahwa sejak kecil dirinya sudah terinspirasi oleh salah satu Designer kondang Indonesia Ivan gunawan. Sejak mengenal Ivan gunawan di televisi ia mulai memantapkan cita-citanya untuk menjadi seorang Fashion Designer. Ia mulai mendalami ilmu desain dengan melanjutkan pendidikan di Polimedia Jakarta program studi Desain Mode. Di dunia perkuliahan inilah Windy semakin merasa bahwa fashion adalah dunianya. Menurut Windy hunting bahan adalah play ground untuknya, ia merasa di dunia fashion desain ini penuh tantangan karena dituntut harus selalu berinovasi mengikuti perkembangan tren yang ada.
Jika
kalian mengira Windy berlatar belakang Sekolah Tata Busana, jawabannya adalah tidak.
Windy adalah seorang perempuan yang konsisten dengan cita-citanya saat kecil. Ia berasal
dari SMA umum di jurusan IPS. Awalnya ia tidak memiliki basic menjahit dan
menggambar sama sekali. Ia baru lihai membuat sketsa gambar
saat menjadi mahasiswa Desain Mode, karena ia mulai terbiasa dengan tugas mendesain setiap
harinya sehingga kemampuan menggambar itu mulai terlatih sedikit demi sedikit. Menurut
windy, keterampilan khusus yang harus dimiliki seorang Fashion Designer adalah
kemampuan menciptakan desain, karena pada bidang ini kreativitas kita dinilai melalui
gambar.
Pada 2019, Windy berhasil menjadi bagian dari Indonesia Fashion Week. Sebelum menjadi finalis di Indonesia Fashion Week 2019, Windy sudah aktif menjadi volunteer IFW selama tiga tahun berturut-turut saat dirinya masih menjadi mahasiswa semester 2. Ia merupakan volunteer paling muda diantara volunteer lainnya. Windy memberanikan diri untuk mengambil kesempatan dengan mengikuti seleksi yang cukup sulit untuk menjadi volunteer. Dari pengalamannya itulah ia mulai mengetahui proses di balik layar dari IFW sehingga, saat ia menjadi finalis Windy menjadi lebih mudah mengetahui apa yang harus ia lakukan. Saat menjadi volunteer ia bertekad setiap tahunnya bahwa suatu saat koleksinya bisa tampil di panggung IFW.
Setelah lulus di tahun 2019, akhirnya ia mendaftar IFW 2019 yang pada saat itu mengusung tema Borneo. Berawal dari keisengannya membuat sketsa, Windy mulai eksplore tentang Borneo, dan melabeli koleksinya dengan nama Borzing (Borneo Amazing). Windy menggunakan teknik border dalam pembuatan koleksinya kali ini. Ia menjadikan Orang utan sebagai highlight busananya karena Orang utan merupakan ciri khas dari Borneo.
Setelah
berhasil menjadi Top Finalist dari Indonesia Fashion Week ia terpacu
untuk mengikuti kompetisi lainnya. Windy mengikuti kompetisi LPM Menswear -
Jakarta Fashion Week & Wardah Inspiring Young Designer Competition.
Namun, pada kesempatan kali ini Ia hanya berhasil sampai babak semi final. Hal tersebut
tidak mematahkan semangatnya untuk selalu berkompetisi. Baginya, menjadi
seorang fashion designer tidak boleh takut akan kegagalan. Lebih baik gagal karena
mencoba di masa muda daripada menanggung penyesalan di hari tua. “Teruslah punya
jiwa petarung untuk berkompetisi karena dari kompetisi itu kita akan tau dunia
fashion yang sebenarnya.” Mimpinya saat ini adalah ingin memiliki brand label dan
toko fashion miliknya sendiri serta bisa mengikuti ajang Fashion Week Indonesia bahkan
sampai Internasional.
-JR-
Sumber Foto: Dok. Pribadi (Instagram.com @ndykendii)




Komentar
Posting Komentar